Bismillah.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, berikut ini kami sajikan ringkasan penjelasan materi pelakaran I’rob dan terjemah dengan menggunakan bahan altihan dari kitab Tsalatsatul ushul karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Semoga bermanfaat.
- Dalam bahasa arab, keadaan akhir kata ada yang tetap da nada yang berubah. Perubahan keadaan akhir kata disebut dengan I’rob, sedangkan tetapnya keadaan akhir kata disebut dengan istilah bina’. Kata yang akhirannya bisa berubah disebut mu’rob sedangkan kata yang akhirannya tetap disebut mabni.
- Dalam istilah yang lebih khusus lagi, I’rob adalah penguraian status dan kedudukan kata di dalam kalimat. Misalnya kita katakana bahwa suatu kata berkedudukan sebagai fa’il/pelaku, dia marfu’ dengan tanda dhommah, dst. Dengan memahami I’rob ini seorang akan terjaga dari kesalahan dalam berbicara/membaca dan memahami maksudnya.
- Kemampuan mengi’rob ini sangat erat kaitannya dengan kemampuan menrjemah bahasa arab. Dengan memhamai I’rob, kita bias membedakan antara pelaku dengan objek, antara bagian pokok kalimat dnegan keterangan tambahan atau pelengkap
- Dalam menerjemahkan bahasa arab menjadi kalimat bahasa Indonesia diperlukan juga pemahaman tentang struktur kalimat di dalam bahasa Indonesia. Misalnya di dalam bahasa arab ada yang disebut jumlah fi’liyah, yaitu kalimat yang diawali dengan fi’il/kata kerja. Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia maka jumlah fi’liyah ini akan berubah menjadi ‘jumlah ismiyah’; karena di dalam bahasa Indonesia ‘jumlah fi’liyah’ jarang sekali digunakan. Biasanya kalimat bahasa Indonesia dimulai dengan isim/kata benda
- Untuk bisa menerjemahkan dengan baik dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap ilmu nahwu dan shorof. Ilmu nahwu akan membantu kita dalam mengetahui kedudukan suatu kata di dalam kalimat dan keadaan akhirnya, sedangkan ilmu shorof akan membantu kita dalam membentuk kata tersebut sesuai dengan rumus atau pola yang biasa berlaku dalam bahasa arab
- Penulis kitab Tsalatsatul Ushul memulai kitabnya dengan basmalah, ‘bismillahirrahmanirrahiim’ yang artinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,” Di dalam basmalah ini banyak faidah yang bisa kita dapatkan.
- Pertama, dari huruf ‘bi’. Ini adalah huruf jer yang menyebabkan kata/isim sesudahnya menjadi majrur/kasroh. Sehingga kata Allah, dibaca dengan Allahi; bismillahi. Sebagaimana sudah kita pelajari dalam nahwu bahwa huruf jar adalah salah satu ciri isim; huruf jar ini menyebabkan kata sesudahnya menjadi majrur/kasroh akhirannya.
- Kedua, dari kata Allahi. Di sini kata ‘Allah’ tidak ditanwin, karena dia diawali dengan alif lam/al. dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa apabila suatu isim dimulai dengan alif lam maka ia tidak boleh ditanwin. Faidah : Sebab isim tidak ditanwin ada tiga; diawali alif lam, disandarkan/mudhaf, atau termasuk isim ghairu munsharif
- Ketiga, dari kata ‘Arrahmanirrahiim’. Di sini kata arrahmani dibaca majrur/kasroh akhhirannya karena ia berkedudukan sebagai sifat/na’at bagi kata Allahi. Sifat dibaca mengikuti I’rob dari kata yang disifati/maushuf. Karena Allahi dikasroh maka arrahmani juga kasroh akhirannya.
- Kemudian penulis mengatakan, ‘I’lam rahimakallahu annahu yajibu ‘alaina ta’allumu arbai masa’ila’, artinya, “Ketahuilah –semoga Allah merahmatimu- bahwa wajib atas kita mempelajari empat perkara..” Mari kita bahas sedikit demi sedikit I’rob dari kalimat ini :
- Pertama; kata ‘I’lam’ ini adalah fi’il amr, ia mabni dengan tanda sukun.
- Kedua; kata ‘rahima’ adalah fi’il madhi, ia mabni atas fathah
- Ketiga; kata ‘ka’ adalah dhomir mabni atas fathah, ia berkedudukan sebagai objek/maf’ul bih
- Keempat; kata ‘Allahu’; lafzul jalalah Allah ini dibaca marfu’ sebagai fa’il/pelaku
- Kelima; kata ‘anna’ ini adalah huruf, mabni atas fathah
- Keenam; kata ‘hu’ ini adalah dhomir mabni atas sukun
- Ketujuh; kata ‘yajibu’ adalah fi’il mudhori’ ia marfu’ dengan tanda dhommah, ia marfu’ karena tidak ada penashob dan tidak ada penjazem
- Kedelapan; ‘alaina’ adalah susunan jar dan majrur
- Kesembilan; ta’allumu adalah marfu’ dengan dhommah, dia berkedudukan sebagai fa’il dari kata ‘yajibu’. Kata ta’llumu adalah mashdar/kata benda dari kata kerja, kata kerjanya adalah kata ‘ta’llama’ artinya belajar atau menimba ilmu.
- Kesepuluh; kata ‘arba’I’ dibaca majrur sebagai mudhaf ilaih, ia tidak ditanwin karena mudhaf kepada kata sesudahnya yaitu masa’ila
- Keduabelas; kata ‘masa’ila’ dibaca majrur dengan tanda fathah karena dia adalah termasuk isim ghairu munsharif. Isim ghairu munsharif majrur dengan fathah